Jumat, 24 Februari 2012

BUDAYAKAN NILAI KARAKTER BANGSA DALAM
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Oleh : SRI SUDARYANTI
Abstrak
Nilai-nilai karakter bangsa merupakan ciri kepribadian bangsa kita tercinta yang harus tetap dilestarikan. Untuk melestarikannya, maka perlu ada upaya membudayakan karakter bangsa tersebut terutama kepada para generasi penerus bangsa. Media yang dianggap tepat untuk mewujudkannya yaitu melalui jalur pendidikan baik in formal, formal, maupun non formal.
Kata Kunci : Nilai Karakter, Lingkungan Pendidikan.

Pendahuluan
Pada dasarnya pembentukan karakter itu dimulai dari fitrah yng diberikan Illahi, yang kemudian membentuk jati diri dan perilaku. Dalam prosesnya, pembentukan jati diri dan perilaku tersebut banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Berkaitan dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial, maka jelas pembentukan karakter selanjutnya lebih didominasi oleh keadaan lingkungan.
Yang menjadi permasalahan sekarang, lingkungan khususnya lingkungan moral di sekitar kita sudah terlalu banyak polusi sehingga kadang-kadang filter yang kita miliki sulit untuk menjalankan fungsinya sebagai penyaring. Banyak contoh polusi lingkungan yang berakibat pada hancurnya karakter seseorang bahkan kalau dibiarkan berkembang dapat berakibat hancurnya suatu bangsa. Beberapa contoh, di antaranya :
1. Memburuknya penggunaan bahasa dan kata-kata yang jauh dari ciri kepribadian bangsa
2. Semakin semaraknya tindakan kekerasan di kalangan remaja dan masyarakat baik secara individu maupun secara kelompok
3. Meningkatnya tindakan merusak diri dan lingkungan
4. Semakin tipisnya tirai pembatas antara perilaku moral yang baik dan yang buruk
5. Menurunnya etos kerja maupun etos belajar di kalangan masyarakat
6. Rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru
7. Menurunnya rasa tanggung jawab baik individu maupun kelompok
8. Ketidakjujuran dan keserakahan sudah begitu membudaya
9. Menurunnya budaya malu melakukan tindakan-tindakan yang amoral
10. Sikap saling curiga dan bermusuhan
11. Dll.
Untuk mengantisipasi semakin meluasnya dampak polusi tersebut khususnya bagi para generasi penerus bangsa, maka sudah saatnya pendidikan karakter kita budayakan. Banyak pihak yang bertanggung jawab memotivasi untuk mewujudkannya, selain para guru sebagai pendidik, juga para orang tua, tokoh masyarakat, para pemimpin Negara, dan kalangan masyarakat pada umumnya. Pendidikan karakter tidak hanya dibudayakan melalui jalur pendidikan formal saja, tetapi harus juga melalui jalur pendidikan in formal dan pendidikan non formal.
Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan pendidikan in formal, lingkungan pendidikan formal, dan lingkungan pendidikan non formal.
1. Pendidikan In Formal
Adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan
2. Pendidikan Formal
Adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
3. Pendidikan Non Formal
Adalah jalur pendidikan di luar jalur pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Karakter Bangsa
Beberapa istilah yang dapat disetarakan dengan istilah karakter adalah watak, akhlak, atau moral yang diwujudkan dalam bentuk perilaku.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakininya dan digunakannya sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Menurut kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa ”watak adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku; budi pekerti; tabiat: Sedangkan moral adalah :
a. Baik buruknya perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; yang diterima umum
b. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dsb;
c. Isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan;
d. Ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita;
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan karakter adalah sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat tergantung dari faktor kehidupannya sendiri, seperti: pemarah, pemaaf, sabar, pendiam, ceria, dan masih banyak lagi karena setiap manusia pasti mempunyai karakter yang berbeda. Manusia sebagai makhluk individu-sosialis mempunyai karakter sosial yang kuat, berbeda dengan makhluk-makhluk hidup lainnya. Karakter diambil dari istilah karakteristik (characteristic) karena untuk menunjukan ekstitensi dirinya manusia pasti mempunyai ciri khas karakter sendiri-sendiri. Begitu juga halnya dengan karakter bangsa, tentu saja karakter bangsa kita yang mengkiblat pada budaya timur akan jauh berbeda dengan karakter bangsa yang mengkiblat pada budaya barat. Kenyataan yang sangat memprihatinkan, kita khususnya para generasi muda dengan bangganya mengkiblat pada budaya barat yang jelas-jelas tidak menunjukkan kepribadian bangsa kita tercinta. Karakter bersifat semi permanen maksudnya jika kita tidak menginginkannya lagi maka kita dapat mengupayakan untuk menghapusnya.

Nilai-Nilai Karakter Bangsa
Terdapat beberapa nilai karakter bangsa yang perlu disosialisasikan, dibudayakan, dan dilestarikan, khususnya kepada para generasi muda calon-calon penerus bangsa :
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Pembudayaan Nilai Karakter Bangsa Melalui Jalur Pendidikan
Budaya adalah keseluruhan sistem berfikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Budaya tindakannya dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan (adat, karakter). Nilai-nilai karakter bangsa yang merupakan ciri kepribadian bangsa kita tercinta ini pun seyogyanya kita jadikan budaya. Cara untuk membudayakan nilai-nilai karakter bangsa dapat kita lakukan melalui jalur pendidikan baik pendidikan in-formal, pendidikan formal, maupun pendidikan non-formal.
1. Jalur Pendidikan In-Formal
Pendidikan moral anak sudah dimulai sejak mereka masih dalam rahim ibu. Itulah sebabnya disarankan bagi para ibu yang sedang mengandung untuk selalu menjaga kestabilan emosinya, kalau kebetulan mereka muslim disarankan untuk meningkatkan intensitas bacaan Al Qur’an, kalimat-kalimat thoyibah, menegakkan shalat fardlu dan shalat-shalat sunah. Sikap ibu seperti ini dianggap penting karena berpengaruh besar terhadap pembentukan watak anak. Saat anak lahir, sebagai orang tua disarankan untuk membekali pendidikan awal anak dengan memperdengarkan kalimat-kalimat Illahi. Itulah sebabnya ada sebagian orang tua khususnya seorang ayah, begitu anaknya lahir mereka kumandangkan adzan di telinga kanan anaknya dan qomat di telinga kiri sang anak. Itu maksudnya, agar pendidikan pertama anak begitu lahir ke dunia langsung diperkenalkan dengan keagungan asma Allah Maha Pencipta. Orang tua khususnya ibu adalah pendidik yang pertama bagi si anak. Pada tahap perkembangan seorang anak sebelum masuk jenjang pendidikan formal, pendidikan anak lebih didominasi oleh orang tua terutama seorang ibu. Orang tua lah yang paling berperan membentuk karakter anak. Kalau kita menginginkan anak memiliki karakter yang baik, didiklah anak sejak dini karena anak lahir ke dunia dalam keadaan fitri. Tanamkanlah nilai-nilai religius, tanamkan kebiasaan peduli sosial dan peduli lingkungan, buat suasana rumah yang mendorong anak mempunyai sifat ingin tahu, gemar membaca, kreatif, mandiri, hargailah kemampuan anak sekecil apa pun, dan nilai-nilai lainnya yang mendukung terbentuknya karakter anak yang positif. Untuk mendukung pembentukan karakter tersebut, tentu saja kita sebagai orang tua harus terlebih dahulu memberikan teladan, karena dalam proses pembentukan karakter tersebut, anak senantiasa meniru apa yang dilihatnya. Apabila anak sudah mulai mengenal lingkungan lain di luar rumah, carikanlah lingkungan yang kondusif. Karena iklim lingkungan masyarakat yang kondusif diharapkan dapat menumbuhkembangkan benih-benih kebaikan yang memang merupakan fitrah manusia. Berilah anak kebebasan yang bertanggung jawab untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Biarkanlah anak membentuk karakternya sendiri, kita sebagai orang tua tugasnya hanya sekedar membimbing, mendampingi, dan memantau perilaku anak di luar lingkungan rumah.
2. Jalur Pendidikan Formal
Pada tahap selanjutnya, nilai-nilai karakter harus tetap kita tanamkan melalui jalur pendidikan formal baik pada tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi. Penerapannya harus meresap pada seluruh aktivitas di sekolah. Nilai karakter bangsa harus kita integrasikan dengan :
a. Budaya sekolah (School Culture)
Nilai-nilai karakter dapat kita munculkan dalam budaya sekolah yaitu dengan cara melakukan pembiasaan hidup disiplin, datang dan pulang tepat waktu, memberikan sanksi yang mendidik terhadap peserta didik yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah, menjaga kebersihan lingkungan, tolong menolong, jujur, cinta damai, kreatif, mandiri, tanggung jawab dan nilai-nilai karakter lainnya yang diinginkan sesuai dengan visi dan misi sekolah. Agar nilai-nilai karakter tersebut dapat membudaya di lingkungan sekolah, tentu saja semua pihak yang terlibat dalam kehidupan sekolah, harus dapat berperan aktif dan terlibat langsung dengan cara selalu memberikan suri teladan yang baik. Tanggung jawab ada di pundak Kepala Sekolah, para Guru, Staff Tata Usaha, para peserta didik yang menjadi sasaran utama, dan warga sekolah lainnya.
b. Kegiatan Belajar mengajar
Penerapan nilai karakter bangsa tidak tepat kalau kita masukkan dalam kurikulum yang baku. Penerapan nilai karakter bangsa harus kita integrasikan dengan seluruh mata pelajaran melalui proses pembelajaran, jangan kita jadikan satu mata pelajaran tersendiri. Setiap guru dalam menyampaikan materi pelajaran tetap harus berusaha melestarikan nilai-nilai karakter. Dari mulai kegiatan awal, kegiatan inti, sampai kegiatan penutup tetap diusahakan sarat dengan penerapan nilai-nilai karakter. Biasakan pembelajaran jam pertama dan pembelajaran jam terakhir selalu diawali dan diakhiri dengan pembacaan do’a. Kalau saat KBM berlangsung, hidupkanlah kelas dengan nilai-nilai kedisiplinan, kerja sama, kreatifitas, demokratis, memperhatikan keindahan, kebersihan, dan ketertiban kelas, tanggung jawab, hargailah pendapat, kerja keras dan prestasi peserta didik sekecil apa pun, ciptakanlah suasana kelas yang komunikatif sehingga memancing peserta didik untuk berani berpendapat, berkata jujur dan toleransi untuk menerima setiap perbedaan pendapat. Nilai-nilai semacam ini akan sulit diwujudkan kalau guru sebagai fasilitatornya tidak memberikan contoh teladan dan motivasi kepada para peserta didiknya. Misalnya guru memberikan hukuman kepada peserta didik yang datang terlambat, padahal guru ybs. sering datang ke kelas tidak tepat waktu tanpa perasaan bersalah. Menekankan peserta didik untuk bekerja keras selama belajar, padahal tanpa disadari guru ybs. sering memberikan contoh kemalasan dengan cara sering memberikan tugas mencatat dan pemberian tugas tanpa evaluasi. Menghukum peserta didik yang sms-an saat KBM berlangsung, tapi guru ybs. sering memberikan contoh mengangkat HP nya yang berbunyi saat beliau sedang menerangkan, dll. Jadi agar pembentukan karakter peserta didik dapat terwujud sesuai dengan yang kita harapkan, tentu saja seorang pendidik harus mampu bersikap jujur, kompeten, memiliki komitmen yang kuat terhadap peserta didik, selalu berintegritas, berusaha dinamis dengan cara terus menggali ilmu sesuai dengan perkembangan tehnologi, dan memiliki sikap toleransi terhadap peserta didik dengan cara mau mendengarkan pendapat dan keluhan mereka.
c. Kegiatan Ekstra Kurikuler
Nilai-nilai karakter harus tetap juga diterapkan pada kegiatan pengembangan diri para peserta didik melalui kegiatan ekstra kurikuler di sekolah. Salurkan kreatifitas para peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya baik di bidang olah raga, bela diri, kesenian, keagamaan, penulisan karya ilmiah, dll. Pada saat kita semarakan sekolah dengan berbagai kegiatan pengembangan diri, jangan abaikan perhatikan juga proses pengembangan nilai karakter peserta didik. Misalnya programkan kegiatan outbound agar para peserta didik dapat lebih mentafakuri Ciptaan-Nya, dapat menggalang jiwa mandiri, pantang menyerah, semangat gotong royong, kreatif dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapi di lapangan, cinta tanah air, peduli lingkungan dan sosial serta bertanggung jawab. Sering terjadi, saat para peserta didik melakukan kegiatan ekstra kurikuler yang dilakukan di luar kegiatan intra kurikuler, kurang diperhatikan nilai-nilai religius seperti misalnya berpakaian yang tidak etis dan mengabaikan waktu shalat. Padahal justru pada saat-saat kegiatan tersebut, sangat tepat sekali kita mengajak mereka melakukan pembiasaan menghargai dan menepati waktu serta berlatih untuk berpenampilan yang santun sebagai wujud pembentukan nilai-nilai religius.
3. Jalur Pendidikan Non-Formal
Jalur pendidikan yang tidak kalah pentingnya juga dalam menerapkan nilai-nilai karakter bangsa yaitu melalui jalur pendidikan non-formal misalnya di tempat-tempat kursus, pelatihan, perkumpulan suatu aktivitas, dll. Banyak peluang melakukan pembiasaan untuk membentuk watak para pesertanya sesuai dengan harapan dan tujuan dari lembaga-lembaga tersebut. Untuk menerapkan pendidikan karakter, tidak diperlukan sarana dan prasarana khusus, karena pendidikan karakter titik beratnya yaitu pada proses penyadaran, pendisiplinan dan pembiasaan sehingga dapat membentuk suatu perilaku yang diharapkan.
Pendidik yang berkarakter
Pendidik yang penulis maksudkan dalam tulisan ini, tidak hanya terbatas mereka yang pekerjaan sehari-harinya mendidik dan mengajar peserta didik di jalur pendidikan formal saja, tapi penulis tafsirkan semua orang yang biasa dijadikan panutan masyarakat baik dalam jalur pendidikan in formal, formal maupun non formal. Mereka itu adalah orang tua, guru, para ulama, kaum cendikiawan, para pejabat, dan tokoh masyarakat lainnya. Tingkah laku mereka selalu menjadi sorotan masyarakat. Mereka selalu dituntut untuk memberikan keteladanan karakter yang positif. Mereka adalah para pendidik di mata masyarakat.
Peristiwa-peristiwa yang memprihatinkan seringkali kita temukan, misalnya :
1. Terjadinya pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum tokoh masyarakat
2. Terjadinya tindakan kekerasan oleh oknum guru kepada peserta didiknya, sehingga peserta didik menjadi takut pergi ke sekolah
3. Korupsi di kalangan para pejabat merajalela dan sudah sangat membudaya di negeri kita tercinta
4. Oknum wakil rakyat Di DPR memberikan contoh karakter yang tidak terpuji
5. Penganiayaan orang tua kepada anak kandungnya sendiri
6. Oknum penegak hukum yang terang-terangan melanggar hukum
7. Para pelayan masyarakat yang justru ingin dilayani
dan masih banyak peristiwa yang cukup memprihatinkan yang justru dilakukan oleh orang-orang yang kita harapkan keteladanannya.
Apabila mereka sebagai tokoh masyarakat selalu memberikan contoh yang tidak mendukung karakter yang positif, apa jadinya negeri kita tercinta ini. Negeri yang dengan susah payah kita perjuangkan kemerdekaannya. Akan bagaimanakah karakter generasi penerus apabila selalu disuguhi dengan perilaku yang tidak mencerminkan karakter bangsa oleh para panutan mereka ? Untuk mewujudkan harapan, agar nilai-nilai karakter bangsa dapat lebih membudaya, meresap dan menjadi bagian dari kepribadian seluruh masyarakat, maka selain tersedianya lingkungan pendidikan yang kondusif juga diharapkan :
1. Para orang tua selalu memberikan contoh teladan bagi anak-anaknya dalam proses pembentukan, pembiasaan, dan pendisiplinan nilai-nilai karakter sehingga dapat terwujud perilaku yang diharapkan
2. Para guru harus selalu memperlihatkan sikap profesionalnya baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat pada umumnya. Anggapan masyarakat bahwa guru itu harus digugu dan ditiru harus betul-betul dapat dipertanggungjawabkan. Kalau sampai seorang guru memperlihatkan kepribadian yang tidak berkarakter, bagaimana jadinya ? Ingat pepatah mengatakan “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”.
3. Para ulama harus dapat memberikan contoh teladan kepada umatnya, kepribadian mereka harus selaras antara dakwah dan perilakunya di mata masyarakat
4. Para pejabat juga harus dapat mengemban amanat kepercayaan masyarakat. Jangan hanya berteriak memperjuangkan keadilan dan penderitaan rakyat, tapi justru mereka sendiri memperlihatkan sikap yang tidak adil bersenang-senang di atas penderitaan rakyat.
5. Para tokoh masyarakat lainnya pun harus selalu melakukan pembiasaan menerapkan kepribadian yang berkarakter, agar masyarakat tidak salah dalam membentuk karakter.
Penutup
Sebagai penutup tulisan ini, dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan akal harus dapat senantiasa melakukan pembiasaan menerapkan nilai-nilai karakter dalam segala aspek kehidupannya. Kalau manusia sebagai makhluk yang berakal tidak dapat menunjukkan nilai-nilai karakter yang diterima oleh norma masyarakat, apa bedanya kita dengan binatang ? Bahkan binatang mungkin masih ada nilainya walaupun sudah tak bernyawa karena masih laku dijual, tapi bagaimana dengan kita ? Kalau selama hidup kita tak beradab, saat kita harus menghadap-Nya jasad kita akan membusuk dan tak berharga sama sekali.
Oleh karena itu, marilah dari sekarang kita budayakan nilai-nilai karakter bangsa yang luhur melalui pendidikan di dalam keluarga, di lingkungan masyarakat, dan di lingkungan sekolah. Semoga kita tetap menjadi bangsa yang memiliki nilai-nilai karakter luhur yang merupakan ciri kepribadian bangsa kita yang bermartabat demi kelangsungan bangsa.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdul Munip, Dr.,M.Ag. 2009. Nilai-Nilai Islam Mengenai Peranan Guru Dalam Pendidikan Karakter. Materi Seminar.
Saeful Yun, S.Pd. 30 Maret 2011. Pendidikan Karakter. Tersedia : http://saefulyun.blogspot.com/2011/03/pendidikan_karakter_html.
Said Hamid Hasan, Prof.Dr.,dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Bahan Pelatihan. Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
_______Desain Induk Pendidikan Karakter. 2009. Kementerian Pendidikan Nasional. Tersedia : http://pendikar.dikti.go.id/gdp/7page_id_44
Biodata Singkat : Penulis adalah guru produktif Administrasi Perkantoran SMK PGRI 2 Cimahi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar